Home » EVOLUSI SEORANG PENULIS: Dari Kemampuan Narasi Hingga Perpustakaan Digital

EVOLUSI SEORANG PENULIS: Dari Kemampuan Narasi Hingga Perpustakaan Digital

by admin
116 views

Opini Publik : radarpublik.net – Sekitar 70 ribu tahun lalu, sekumpulan homo sapiens, nenek moyang awal manusia modern, tak banyak berbeda dengan komunitas hewan Bonobo dan Simpanze. Berdasarkan riset mutakhir, homo sapiens memiliki kemiripan DNA dengan dua hewan itu hingga 99 persen. (1)

Saat itu, 70 ribu tahun lalu, manusia masih berkeliaran telanjang di hutan. Melompat- lompat di pohon. Bersembunyi di gua. Berkomunikasi seadanya. Tak banyak beda dengan hewan Bonobo dan Simpanze.

Ketika menghadapi bencana alam dan penyakit, daya tahan manusia ketika itu juga tak banyak beda. Bahkan jika terlibat perkelahian antara sekelompok awal homo sapiens dengan Simpanze, besar kemungkinan nenek moyang kita yang punah.

Tapi mengapa 70 ribu tahun kemudian, Homo Sapiens begitu berubah? Manusia kini menjadi penguasa bumi. Sementara hewan Bonobo dan Simpanze tetap telanjang berkeliaran di hutan.

Kini manusia menciptakan gedung pencakar langit, pabrik frozen food, hingga pesawat luar angkasa. Namun hewan Bonobo dan Simpanze masih sembunyi di belukar. Kadang mereka berjingkrak- jingkak.

Baca juga:  Fenomena Terorisme, Harta Karun Cendana, Kisruh Partai Demokrat dan Prahara Grup Aksa-JK

Dimana beda asasi homo sapiens dengan Hewan Bonobo dan Simpanze yang memiliki 99 persen kesamaan DNA? Perbedaan 1 persen DNA itu ternyata membuat beda segala. Ternyata 1 persen ini asal muasal peradaban.

Sejarahwan dan pemikir soal Yuval Noah Harari mengatakan. Kemampuan fundamental manusia yang tak dimiliki hewan lain, yang menciptakan peradaban adalah kemampuan membuat narasi. Homo Sapiens is an animal capable of making a narative.

Nenek moyang kita berkemampuan bercerita, berkisah, mengarang masa silam, berfantasi masa depan, mendongeng, dan menciptakan fiksi.

Individu yang paling unggul di zamannya adalah yang mampu memberi narasi penjelasan. Siapakah kita? Dari mana kita berasal? Kita menuju kemana? Apa yang harus kita lakukan?

Maka datanglah era Shaman, sejenis dukun sakti. Ia membawa narasi, bercerita. Nenek moyang manusia berasal dari ular Piton. Karena itu ular Piton harus disembah.

Baca juga:  Antara Kritis dan Nyinyir: Lip-Service-nya BEM-UI Menyikapi Kerja.. Kerja.. Kerja..nya Jokowi

Muncul para Nabi yang diyakini pemeluknya mendapat wahyu Tuhan. Para Nabi membawa narasi yang berbeda.

Bahwa asal manusia itu Adam. Ia satu satunya nenek moyang manusia. Adam berasal dari Garden of Eden, semacam taman surga. Ia dibuang dari sana karena melanggar perintah Tuhan. (2)

Kini muncul ilmu pengetahuan. Ilmu membawa narasi yang berbeda. Ilmu membantah kisah Adam. Manusia tak berasal hanya dari satu nenek moyang. Homo sapiens ini berevolusi dari mahluk lainnya, bukan dari Garden of Eden.

Kemampuan membuat narasi, kemampuan meyakinkan komunitasnya untuk percaya, lalu mengubah prilaku, itulah keunggulan asasi manusia.

Awalnya kemampuan narasi itu diekspresikan secara lisan, turun temurun. Lalu datang teknologi tulisan. Narasi itu diekspresikan ke dalam tulisan di batu, di kulit hewan, di kertas papirus, hingga kini direkam di video.

Lahirlah era buku. Lahirlah para penulis.

Related Articles