Home » Soal Impor Garam Pernah Bikin Jokowi Murka, Lalu Bagaimana? » Halaman 2

Soal Impor Garam Pernah Bikin Jokowi Murka, Lalu Bagaimana?

by admin
15286 views

Mencari keseimbangan supply-demand untuk program importasi garam ini memang kerja yang butuh bola kristal dan ilmu gaib tingkat dewa.

Mungkin serupa juga dengan beberapa komoditi lain seperti gula, jagung, bawang putih, kedelai, daging sapi, buah-buahan dan banyak komoditi pangan atau hortikultura lain yang masih mesti kita impor (terus-terusan).

Maka menabur stok dengan rencana impor garam sampai 3 juta ton itu kebanyakan atau kesedikitan ya kita hanya bisa tahu setelah mencicipinya nanti. Kalau pas ya jadi terasa gurih, tapi kalau overdosis malah bisa jadi pahit. Semua bisa diketahui post-factum, setelah kejadian. Tak ada perkiraan (forecasting) yang adekuat.

Soal garam ini memang ironis. Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181 km merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada yang punya garis pantai sepanjang 202.800 kilometer. Plus luas perairan laut mencapai 5,8 juta kilometer persegi merupakan 71% dari keseluruhan wilayah Indonesia.

Baca juga:  EVOLUSI SEORANG PENULIS: Dari Kemampuan Narasi Hingga Perpustakaan Digital

Dengan kenyataan geografis seperti itu, apakah kita tidak bisa menciduk air laut itu lalu diserahkan kepada sinar matahari anugerah Tuhan yang melimpah di area katulistiwa ini untuk kemudian jadi garam?

Mau tambah yodium? ya tinggal tambah proses sedikit. Masukan larutan KI03 ke dalam sprayer sesuai dengan formula yang di tentukan.

Dengan sedikit arahan dan pembinaan dari instansi yang kompeten, para petani garam tentu bisa memenuhi kualifikasi (kualitas) garam industri juga dengan kadar Natrium Chlorida (NaCl) 97%. Ditambah bantuan permodalan dan mekanisasi tak tertutup kemungkinan Indonesia bisa jadi eksportir garam dunia.

Intinya, proses produksinya amat sangat sederhana. Bahan bakunya melimpah ruah. Jadi apanya yang salah ini? Sehingga kita masih terus impor garam?

Related Articles