Home » Merekam Jeritan Luka Di Era Pandemik Covid-19

Merekam Jeritan Luka Di Era Pandemik Covid-19

by admin
13 views

Opini publik : radarpublik.net

Denny JA

Tragedi sebuah zaman acapkali menjadi buku besar. Banyak yang dapat kita renungkan, pelajari dari aneka karakter dan drama di dalamnya. Puncak karaker manusia, mulai dari yang paling hitam hingga yang paling mulia justru subur tumbuh di tanah tragedi.

Apa yang dapat kita petik dan menjadi hikmah dari tragedi pandemik Covid-19?

Sayapun teringat Oskar Schindler (1). Ia orang kaya hidup di Jerman, di era yang tak kalah kelam. Nazisme dan pemburuan serta pembunuhan massal atas warga Yahudi terjadi di seluruh dunia.

Schindler sendiri anggota partai Nazi. Awalnya ia seorang industrialis, pedagang dan hidup untuk mencari untung saja. Namun ada 1200 pekerja Yahudi di aneka pabriknya.

Ia pun mengambil resiko. Ia melindungi Lebih dari 1200 yahudi itu. Ia menyembunyikan mereka. Kadang ia harus menyuap petugas keamanan Jerman agar semua rahasia aman.

Begitu dramatik kisah Oskar Schindler. Sebuah novel ditulis untuk merekam Ia punya cerita. Judulnya Schindler’s Ark ditulis oleh novelis Australia Thomas Keneally. Novel ini memenangkan Booker Prize di tahun 1982. Ia juga memenangkan Los Angeles Time Book Prize untuk Fiction tahun 1983.

Tahun 1993, Steven Spielbergh memfilmkannya menjadi Schindler’s List. Film ini juga memenangkan Oscar selaku film terbaik di tahun yang sama.

Sejarah penghargaan Oscar sendiri mencatat 12 film yang pernah mendapatkan penghargaan film terbaik, yang merekam drama zamannya. 

Kedua belas film itu berkisah drama tragedi di zaman perang. Antara lain film The Hurt Locker (2009), The English Patien (1996), Braveheart (1995), Platon (1986), The Deer Hunter (1976), dan sebagainya. (12)

-000-

Tragedi pandemik Covid-19 juga menjadi samudera aneka kisah. Reportase media hanya mampu melukiskan secara umum data, nama dan peristiwa. 

Sisi batin sebuah tragedi lebih mampu direkam oleh medium fiksi. Luka dan harapan lebih bisa diungkap melalui sastra, film dan lagu; melalui puisi, cerpen dan novel.

Saya pun membaca aneka rekaman batin itu melalui karya sekitar 53 puisi esai mini. Penulisnya cukup beragam, dari Aceh hingga Papua. Diperkaya pula oleh penulis dari negara Asia Tenggara (3).