Home » Logika Mangkrak & Sikap Egoistis yang Bisa Bikin Negara Gagal! » Halaman 2

Logika Mangkrak & Sikap Egoistis yang Bisa Bikin Negara Gagal!

by admin
123 views

Manusia-manusia egoistis yang hanya mementingkan kelompok dan dirinya sendiri inilah yang menjadi batu penghalang solidaritas penanganan pandemi Covid-19 ini.

Memang, Soren Kierkegaard pernah bilang, bahwa suatu perubahan sosial tak akan pernah terjadi dari perubahan masyarakat, tetapi dari perubahan pribadi. Dan untuk menjadi seorang pribadi adalah merupakan tugas paling sulit di antara tugas-tugas lainnya.

“Knowledge and ego are directly related. The less knowledge, the greater the ego,” begitu kata Albert Einstein. Maka kita tak bisa berhenti juga untuk terus melakukan proses penyadaran (konsientisasi) ini. Juga demi mengikis sifat egosentris yang berawal dari kebodohan itu.

Kembali ke soal indeks ‘the fragile states’. Dalam kajian tahunannya, FFP menggunakan 12 indikator yang terbagi dalam 5 bagian. Keduabelas indikator ini bisa saja kita manfaatkan sebagai acuan untuk menghindarkan diri kita dari bencana negara gagal.

Bagian pertama, Cohesion Indicators (Indikator Kohesi). Terdiri dari 3 indikator: 1) Security Apparatus, 2) Factionalized Elites, 3) Group Grievance.

Baca juga:  Mengelola Konflik Dalam Rangkaian Jaring Pemberantasan Korupsi

Bagian kedua, Economic Indicators (Indikator Ekonomi). Terdiri dari 3 indikator juga: 4) Economic Decline, 5) Uneven Economic Development, 6) Human Flight and Brain Drain.

Bagian ketiga, Political Indicators (Indikator Politik). Terdiri dari 3 indikator: 7) State Legitimacy, 8) Public Services, 9) Human Rights and Rule of Law.

Bagian keempat, Social Indicators (Indikator Sosial). Terdiri dari 2 indikator: 10) Demographic Pressures, 11) Refugees and IDPs (Internally Displaced Persons).

Bagian kelima, Cross-Cutting Indicators (Indikator Lintas-Batas). Terdiri dari 1 indikator: 12) External Intervention.

Masing-masing dari ke-12 indikator itu dirinci lagi dengan beberapa pertanyaan yang cukup komprehensif. Intinya, metodologi ini jelas lebih tidak sumir ketimbang mengatakan bahwa administrasi suatu pemerintahan bisa gagal lantaran secara subyektif dipandang gagal menangani pandemi Covid-19.

Related Articles