Home » Antara Kritis dan Nyinyir: Lip-Service-nya BEM-UI Menyikapi Kerja.. Kerja.. Kerja..nya Jokowi » Halaman 3

Antara Kritis dan Nyinyir: Lip-Service-nya BEM-UI Menyikapi Kerja.. Kerja.. Kerja..nya Jokowi

by admin
83 views

Berasal dari kata Yunani ‘Kritikos’ (kemampuan membuat ‘judgement’, penilaian/keputusan tertentu) yang berawal dari ‘Krinein’ (artinya ‘to separate, decide, memilah dan memutuskan), ‘Krei’ (yang maknanya ‘to sieve’, menyaring, yang juga berarti ‘discriminate’, ‘distinguish’).

Maka, kritik itu memang bukan sembarangan. Yang sembarangan itu nyinyir dan asal omong. Dan kenyinyiran itu kerap berujung pada penghinaan atau tuduhan tanpa dasar, tanpa argumentasi yang sahih.

Ketimbang memberi perbandingan atau analisa yang tajam, yang korektif atau bahkan konstruktif, kenyinyiran berawal dari sekedar rasa benci yang buta dan berujung pada kepahitan dalam hidup.

Kritik itu sesungguhnya membutuhkan erudisi yang cukup, keluasan dan kedalaman pengetahuan agar bisa memilah-milah, menyaring dan membedakan, serta kahirnya melakukan penilaian tertentu. Bahkan kritik juga butuh bukan hanya kepandaian, tapi juga kebijaksanaan.

Sehingga dengan begitu, harapannya, mekanisme dialektika thesis dan anti-thesisnya jadi bermutu serta bisa naik kelas menjadi sinthesa yang kreatif. Ini jelas kerja intelek dari seorang intelektual.

Baca juga:  APPSINDO Kecewa Pemerintah Lakukan Impor Beras

Belum lagi kita bicara konteks kultural dimana dialektika itu berlangsung. Pak Jokowi menyinggung soal tata-krama dan sopan santun dalam adat ketimuran kita. Kalau itu bisa dilakukan, tentu akan jadi lebih indah.

Itulah etika politik yang juga bisa memancarkan spektrum estetika (keindahan) adat istiadat. Nuansa yang kabarnya berakar dalam peradaban masyarakat Nusantara, sejak dahulu kala.

(30/06/2021)
Andre Vincent Wenas, pemerhati Ekonomi – Politik.

Related Articles