Home » 212Mart, Fenomena Model Bisnis Akhirat yang Akhirnya Menjerat » Halaman 2

212Mart, Fenomena Model Bisnis Akhirat yang Akhirnya Menjerat

by admin
495 views

Dikabarkan ada ratusan orang yang jadi korban investasi bodong 212Mart, dan pengurusnya pun kabur. Sehingga lantaran itu mereka akhirnya melapor ke polisi. Kerugiannya mencapai miliaran rupiah!

Belum jernih betul apa sih duduk perkaranya, polisi pun masih mendalaminya. Kita tunggu saja hasil pendalaman perkara dari kepolisian Samarinda.

Tapi kalau kita membaca dari pemberitaan di media, katanya ada operasi investasi bodong. Itu khan artinya investasi bohong-bohongan, palsu alias penipuan. Betulkah begitu? Ya walahuallam.

Sebab, katanya toko 212Mart (yang di Samarinda) itu bentuknya adalah koperasi. Sehingga dengan demikian mereka yang ”investasi” di sana seyogianya secara otomatis adalah anggota koperasi itu.

Para anggota koperasi itu – nantinya – kalau usaha itu ada untung, tentunya bakal menerima yang namanya Sisa Hasil Usaha (SHU). Besaran SHU itu mesti ditetapkan melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT), ini semacam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Baca juga:  Gerakan Tutup Mulut dan Tidak Nyiyir

Tapi itu asumsi kita saja, lantaran bagaimana model bisnis 212Mart itu dijalankan belumlah jelas juga. Bagaimana Koperasi 212 pusat bertindak sebagai master-franchise-nya? Apakah toko-toko (retail-shops)nya di-waralaba-kan kepada koperasi-koperasi di berbagai daerah? Terus terang kita tidak tahu juga.

Tapi yang jelas, dari pengakuan mantan karyawan toko 212Mart Samarinda bahwa ia sudah tidak digaji sejak Oktober tahun lalu (2020). Padahal, selain sebagai karyawan, ia dulu juga melakukan investasi.

Gaji karyawan yang tidak dibayarkan biasanya lantaran tidak terkelolanya aliran uang-kas (cash-flow) dengan baik. Dan ini adalah salah satu indikasi kuat terjadinya miss-management (salah kelola). Atau memang ada motif kejahatan korporasi. Mau ngemplang kewajiban manajemen terhadap karyawan misalnya.

Kenapa uang kas (cash-flow) tidak tersedia untuk membiayai jalannya operasi usaha sehari-hari? Ini adalah soal administrasi bisnis.

Baca juga:  Soal Impor Garam Pernah Bikin Jokowi Murka, Lalu Bagaimana?

Biasanya model bisnisnya sudah terbalik-balik. Istilah sederhananya, lebih besar pasak daripada tiang. Pengeluaran lebih besar dari pada pemasukannya. Penjualan tidak cukup untuk menutupi biaya.

Sebabnya bisa macam-macam. Tak cukupnya pelanggan yang berbelanja atau kurang pembeli, inventori yang mangkrak, barang kadaluarsa, tagihan yang tak bisa ditarik, atau supply barang yang dihentikan oleh para pemasok, dll. Atau… memang ada pencurian uang perusahaan, sehingga uang kas raib.

Related Articles